Ritual Adat Nujuh Jerami (Budaya Bangka Belitung)


Ritual Adat Nujuh Jerami
Seperti halnya Ritual Adat Taber Laut yang merupakan wujud rasa syukur atas hasil laut yang melimpah, Nujuh Jerami sendiri merupakan ritual sebagai rasa syukur atas hasil panen padi yang melimpah. Ritual ini  Nujuh jerami sendiri berasal dari 2 kata yaitu "Nujuh" yang berarti tujuh (7), sedangkan "Jerami" merupakan sebutan untuk padi yang akan ditumbuk di dalam lesung (Alat untuk menumbuk padi; terbuat dari kayu). Setiap tahunnya Ritual Adat Nujuh Jerami ini diadakan di beberapa dusun di Bangka Belitung, seperti Dusun Air Abik, Dusun Bukit Tulang, dan Dusun Pejem yang ketiganya berada di Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Biasanya dilaksanakan pada hari ke-7 setelah masa panen berakhir. Mari kita simak lebih lanjut tentang Ritual Adat Bangka Belitung yang satu ini.

Prosesi ritual adat Nujuh Jerami ini mulanya diawali dengan tarian pembuka untuk menghibur para tamu undangan dan warga yang menyaksikan jalannya prosesi ritual ini. Para penari ini berasal dari beberapa sanggar seni dan tari dari Kecamatan Belinyu yang ikut meramaikan acara nujuh jerami ini.

Tarian Pertama 
Tarian Pertama
Kemudian peti lesung dikeluarkan dari tempat penyimpanan serta dibawa dan diletakkan di tempat yang telah disediakan (Dalam hal ini Panggung). Segera tikar digelar dan disiapkan untuk ritual adat ini.


Peti lesung sudah berada dipanggung
Ritual siap dimulai











Sebelum di buka peti lesung terlebih dahulu dibacai do'a untuk membuka peti lesung. Peti lesung ini hanya dikunci menggunakan tali dari jerami padi itu sendiri dan hanya disimpul seperti simpul tali pada umumnya. Setelah itu peti lesung dibuka secara perlahan dan diperhatikan oleh warga secara hikmat.

Peti dibacai do'a untuk membuka peti
Peti telah dibuka











Isi peti lesung tersebut berupa 1 (satu) buah lesung dan 2 (dua) alu atau batang penumbuk lesung, lalu dikeluarkan dan diletakan di tempat yang telah disediakan dengan menggunakan tangan kanan atau kedua tangan.

Isi peti lesung
Lesung dikeluarkan dari peti














Padi beras merah atau sering disebut beras darat yang telah disediakan pada wadah penyimpanan padi yang berbentuk keranjang dari anyaman bambu serta dituangkan ke dalam lesung yang telah dikeluarkan tadi dengan menggunakan tangan kanan. Padi beras merah atau beras darat tersebut ditumbuk oleh dua orang penumbuk yang masing-masing menggunakan alu yang disediakan dengan tangan kanan sebanyak 7 (tujuh) kali tumbukan.

Padi beras merah dimasukkan ke lesung
Padi beras merah ditumbuk sebanyak 7 kali











Beras merah yang telah ditumbuk kemudian dikeluarkan dari lesung dengan menggunakan tangan kanan sebanyak 7 (Tujuh) genggam dan harus habis dalam 7 (Tujuh) Genggaman. Beras merah yang masih bercampur kulit padi tersebut dipisahkan menggunakan penampi dari anyaman bambu yang berbentuk seperti serokan sebanyak 7 (tujuh) kali pengayakan (Proses pemisahan antara sekam padi dengan beras)

Beras dipisahkan dari sekamnya
Proses pengayakan beras













Beras merah yang telah bersih kemudian dimasukkan ke dalam tempat penyimpanan beras yang juga terbuat dari anyaman bambu. Setelah itu lesung beserta alu-nya dimasukkan kembali ke dalam peti lesung. Sebelum peti lesung dikunci terlebih dahulu di bacai do'a. Peti lesung di kunci menggunakan daun padi kering atau biasa disebut Jerami. Peti lesung kemudian diangkat dan diletakkan kembali di tempat penyimpanannya. Peti lesung hanya dibuka setahun sekali pada acara nujuh jerami saja.

Beras dimasukkan kedalam wadah
Mengambil sisa beras dipenampi












Lesung beserta alu dimasukkan kembali
Lesung dan Alu dimasukkan ke peti
















Lesung dan alu siap dikunci
Sebelum dikunci dibacai Do'a













Peti diangkat dan siap disimpan
Peti dibawa ke tempat penyimpanan
















Setelah itu acara dilanjutkan dengan hiburan seperti tari-tarian dari sanggar seni dan tari lainnya dan hiburan musik gendang guduk.

Tarian Kedua
Tarian Kedua










Gendang Guduk
Tari Nujuh Jerami
Tari Nujuh Jerami










Tari-tarian
Menurut narasumber kami yang merupakan warga setempat, pada awalnya Nujuh Jerami disebut "SENDEKAH" (bukan sedekah; tetap sendekah). Prosesi sendekah itu sama dengan prosesi nujuh jerami pada umumnya, namun yang berbeda adalah perayaan perorangan atau bisa disebut lebaran panen/padi yang hanya dilakukan oleh kalangan mampu, yang kurang mampu boleh tidak melaksanakannya (Tidak Wajib). Sedangkan nujuh jerami itu "wajib" untuk semua kalangan baik itu kalangan mampu, kurang mampu, Islam, Kristen, "kaum adat" (orang adat), dan lain-lain. Perubahan ini telah berlangsung dari masa "Akek Usang" (Kakek Usang).

Kaum adat adalah orang yang di sunat (baik itu pria atau wanita) yang sama dilakukan oleh penganut agama Islam, namun tidak menjalankan kewajiban-kewajiban dalam Islam {atau biasa disebut "wong lom" atau "Orang Lom"}

Kakek Usang : Kakek dari Kakek Buyutnya narasumber (*narasumber berumur sekitar 60 tahun)


Foto-foto di balik layar :

Persiapan para Penari
Tenda tamu dan pengunjung pagi hari










Persiapan riasan penari
Persiapan riasan penari












Beras merah atau beras darat
Perlengkapan Ritual Adat











Bupati Kab. Bangka, salah satu tamu undangan ritual adat nujuh jerami

Foto-foto diatas diambil pada saat acara Ritual Adat Nujuh Jerami di dusun Air Abik, desa Gunung Muda, Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung pada tanggal 22 April 2013. Datang juga beberapa pejabat daerah seperti Bupati Bangka, Kapolres Bangka, kepala SKPD lingkungan Pemkab Bangka dan pejabat daerah lainnya. Acara ini selalu dilaksanakan setiap tahunnya, diharapkan acara ini bisa menjadi aset wisata adat dan budaya bagi turis yang sedang berkunjung ke pulau Bangka. Selain itu, masyarakat Air Abik pada hari tersebut mengadakan syukuran dengan menyediakan makanan di setiap rumah warga bagi yang mendatangi dusun Air Abik. Nujuh Jerami ini juga sering dipanggil nuju jerami, namun yang benar adalah "Nujuh" karena berarti 7 (tujuh), sedangkan nuju itu berarti menuju; berangkat ke suatu tujuan (dalam bahasa Belinyu).

2 komentar:

Terima kasih untuk komentar Anda. Komentar, Saran, dan Kritik akan sangat membantu kami menjadi lebih baik. Semua Kritik dan Saran akan diterima dengan senang hati. Semoga artikel ini bermanfaat untuk kita semua.