Pangkak Biji Karet


Biji karet yang jatuh dari pohon
Sore itu di Kota Belinyu nan damai aku disuruh ibuku untuk membuang sampah ke tumbek (Lembah di hutan.red*) belakang rumah. Aku pun bergegas mengambil sampah dari dapur rumah tangga itu dan segera membawanya untuk dibuang. Seketika aku berhenti melihat keponakanku yang sedang bermain game di-handphone ku. Aku pun marah dan langsung mengambil handphone itu karena takut di utak-atik oleh keponakan ku itu hingga rusak. Sungguh gaptek-nya diriku, padahal barang elektronik itu pasti ada umurnya dan sekalipun dirawat dengan baik pasti akan tetap rusak. Keponakanku itu pun menangis dan mengadu ke ibuku. Aku tak menghiraukannya dan segera membuang sampah tadi yang baunya sudah sangat menyengat itu. Ketika aku membuang sampah itu di lembah belakang rumah, aku melihat sebuah benda jatuh dari atas pohon yang sudah lama sekali tak ku lihat. Ya, semenjak aku beranjak dewasa ini jarang sekali aku bermain ke hutan dan yang ku temukan itu adalah biji karet yang jatuh dari pohon karet.

Lama aku berfikir, akhirnya ku ambil biji karet itu dan ku carikan yang lainnya lebih banyak lagi. Terlintas dalam benakku ingin mengganti mainan keponakanku tadi yang telah ku rampas secara paksa mainannya, meskipun handphone itu milikku. Memang zaman telah berubah dan berkembang dengan pesat. Mainan anak-anak zaman sekarang sangat jauh berbeda dengan zaman dahulu yang serba sederhana, sedangkan zaman sekarang disuguhkan dengan mainan yang lebih menyenangkan dan tentunya lebih canggih. Tentu kalian bingung memikirkan hubungan antara biji karet dengan mainan. Tentu ada kawan, inilah permainan khas yang sering kami mainkan sewaktu saya masih ingusan dan duduk di bangku sekolah dasar. Aku pun membawa biji karet itu dan memberikannya pada keponakanku. Dia pun bertanya-tanya untuk apa biji karet tersebut aku berikan padanya.

Biji karet yang baru mau tumbuh
Aku pun bercerita singkat kepadanya bahwa biji karet ini jadi bahan permainan kami sewaktu masih kecil. Nama permainan itu adalah "Pangkak Biji Karet". Begitu lah nama permainan itu biasa kami panggil, dan aku pun mulai mengajarkan cara bermain pangkak biji karet ini kepada keponakanku. Mula-mula dilakukan suit atau hompimpa untuk menentukan siapa yang memukul terlebih dahulu. Setelah tahu siapa yang memukul terlebih dahulu, maka yang kalah harus meletakkan biji karetnya di bawah. Sedangkan yang menang menaruh biji karetnya diatas biji karet yang kalah suit dan memukul dari atas. Siapa biji karetnya pecah, maka dia lah yang kalah dan yang tidak pecah bertahan sebagai pemenang. Memuluk disini bukan menggunakan pentungan atau sejenisnya, melainkan menggunakan telapak tangan. Biji karet kepunyaan tiap-tiap pemain memiliki khas tersendiri yang dinamakan uncek atau uncak yang berarti biji karet jagoan miliknya.

Jika Anda berkata yang berada dibawah pasti yang akan selalu pecah. Tidak kawan, tidak semudah itu. Nyatanya karet yang diatas juga sering pecah sesuai kekuatan biji karet dan cara memukulnya. Biji karet yang sering dijadikan uncek itu haruslah benar-benar kuat. Sehingga  biarpun orang lain yang memukul tetap milik orang lain yang pecah. Biji karet ini memiliki banyak macam dan tipe. Kami sering menamakan biji-biji ini dengan berbagai macam nama, jadi antara satu pohon dan pohon yang lainnya tidak akan membentuk biji yang sama. Seingat saya dulu yang sering menjadi uncek saya adalah biji karet jenis tembaga atau kami namakan karet tembaga. Ada lagi yang lain seperti karet puyuh, karet bulu ayam, dan lain-lain. Saking banyaknya saya sampai lupa nama-nama nya karena tidak pernah lagi mencari biji karet ini dan memainkannya.

Alhasil, keponakanku itu pun tidak marah lagi padaku. Dia dan teman-temannya pun bermain pangkak biji karet itu dengan hati gembira dan melupakan kejadian yang membuatnya menangis tadi. Aku pun tersenyum melihat mereka bermain, jadi ingat masa-masa dimana kami sering memainkan pangkak biji karet ini. Begitulah permainan kami dahulu yang hanya mengandalkan apa yang diberikan alam. Kami tidak pernah mengeluh tentang anak-anak orang kaya yang bermain mobil "remote control" dan semacamnya. Dengan apa yang diberikan oleh alam saja kami sudah cukup bahagia dan kebahagiaan itu tidak bisa dibeli. Namun sekarang tidak ada lagi anak-anak yang bermain pangkak biji karet ini. Mungkin memang sudah zamannya, permainan pangkak biji karet ini sudah tersingkirkan oleh teknologi. Namun aku cukup gembira hari itu dengan nostalgia ku memainkan pangkak biji karet itu dengan keponakanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih untuk komentar Anda. Komentar, Saran, dan Kritik akan sangat membantu kami menjadi lebih baik. Semua Kritik dan Saran akan diterima dengan senang hati. Semoga artikel ini bermanfaat untuk kita semua.